Sabtu, 28 Januari 2017

Memanfaatkan Pembalut Bayi Bekas Sebagai Pupuk Tanaman

Pembalut bayi, atau lebih dikenal masyarakat awam sebagai diapers atau pampers, sekarang sudah banyak dipakai sebagai pengganti popok bayi. Diapers atau popok sekali pakai ini biasanya mengandung hydrogel yang terbuat dari sodium  polyacrilate, suatu bahan yang memiliki kemampuan mengikat air menjadi gel dalam jumlah ratusan kali bobotnya.  
Sayangnya, terutama pada varian yang murah, popok sekali pakai ini tidak termasuk barang yang mudah terurai, sehingga pada akhirnya ia akan menjadi sampah yang kotor, berat, basah, bervolume besar, mudah menyangkut di arus air, dan menjijikkan bagi sebagian orang.
Namun di tangan Muhammad Faisal, S.P., seorang Petugas Penyuluh Lapangan yang berdinas di Kabupaten Batu Bara, sampah jorok ini diubah menjadi pupuk yang sangat bermanfaat bagi tanaman lada perdu miliknya yang terbentang di belakang halaman rumahnya. Faisal membuat demplot ujicoba untuk mengetahui manfaat popok bayi bekas ini pada tanamannya. Sebidang tanaman lada perdu miliknya dipupuk dengan diapers bekas, dan yang lainnya tidak diperlakukan.
Hasilnya cukup berbeda jauh, tanaman lada perdu yang diberi perlakuan pupuk diapers bekas tumbuh lebih cepat dan subur. Ini membuat kita dapat menarik kesimpulan sementara bahwa limbah kotor tadi ternyata dapat memberi manfaat yang besar bila diaplikasikan secara tepat.



Foto atas, tanaman lada perdu umur 4 bulan yang diberi perlakuan diapers bekas.

 Tanaman lada umur 4 bulan yang tidak mendapatkan aplikasi diapers bekas sebagai pupuk.

Hydrogel  sendiri bekerja menyerap urine manusia lalu mengubahnya menjadi benda berbentuk gel. Air yang terkandung di dalam gel ini tidak mudah terlepas. Karena itulah popok sekali pakai ini menjadi tidak tembus cairan.
Urine manusia sendiri mengandung banyak sekali unsur hara yang bisa dimanfaatkan oleh tanaman. Diantaranya adalah :
1.             Air. Kandungan air dalam darah dikeluarkan dari tubuh jika konsentrasinya terlalu tinggi.
2.             Empedu. Berasal dari hasil perombakan sel darah merah di hati dan memberi warna kekuningan pada urine.
3.             Garam. Garam dikeluarkan untuk menjaga konsentrasi garam di darah supaya tidak berlebih.
4.             Urea (9,3 g/L)Merupakan hasil dari perombakan protein.
5.             Asam urat. Merupakan hasil dari perombakan protein.
6.             Amonia. Merupakan hasil dari perombakan protein. Amonia memberi bau pada urine.
7.             Obat-obatan. Obat-obatan dibuang supaya tidak menjadi racun dalam tubuh. Itulah sebab mengapa sehabis minum obat urine kita menjadi berbau seperti obat.
8.             Asam klorida (1,87 g/L)
9.             Sodium (1,17 g/L)
10.          Potasium (0,75 g/L)
11.          Gula. Gula ditemukan pada urine penderita diabetes dan tidak akan ditemukan pada urine orang yang sehat.
12.          Nitrogen
13.          Fosfor
14.          Kreatinin (0,67 g/L)
15.          Asam sulfat.

Adapun cara yang dipakai oleh Muhammad Faisal dalam memanfaatkan diapers bekas sebagai pupuk tanaman lada perdunya adalah sebagai berikut.
Mula-mula dibuat parit kecil yang digali di setengah lingkaran di daerah perakaran tanaman lada. Jarak parit dengan pangkal batang sekira 20 cm. Faisal lau memasukan empat buah diapers bekas ke dalam parit kecil itu lalu menimbunnya dengan tanah.



Sebenarnya, popok bayi sekali pakai ini dapat juga diaplikasikan sebagai pupuk pada berbagai tanaman lainnya. Membenamkannya di sekitar perakaran adalah cara yang terbaik. Selain membantu menyediakan asupan berbagai unsur hara, hidrogel juga menyediakan suplai air ketika musim kemarau datang. Air siraman juga akan disimpan oleh hidrogel sehingga tidak cepat hilang meresap ke dalam tanah. Tanaman yang diberi perlakuan diapers bekas ini terbukti lebih bugar pada musim kemarau dibanding tanaman yang tidak mendapat aplikasi.   

Pada akhirnya, tinggal bagaimana kita, mau memanfaatkan sesuatu yang terbuang bahkan menjadi sampah, hingga bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Lingkungan menjadi lebih bersih, tanaman menjadi lebih subur. Hasil yang diperoleh petani juga menjadi lebih baik. Diapers bekas tidak lagi dibuang ke sungai lalu menjadi pemicu terjadinya banjir.  

Mari kita selamatkan bumi pemberian Tuhan ini, karena bumi ini adalah satu-satunya planet yang paling tepat buat kehidupan spesies manusia.

Salam sukses petani Indonesia!
***
Yang butuh bibit lada panjat dan lada perdu bisa menghubungi penulis di hp. 0813 7000 8997. Alamat di Dusun 3 Desa Petatal, Lima Puluh, Batu Bara, Sumut. 

Jumat, 13 Januari 2017

Lada Perdu, Dimana Sebaiknya Ditanam?

Lada Perdu, Dimana Sebaiknya Ditanam?
Lada perdu memiliki beberapa keunggulan dibandingkan lada panjat, diantaranya adalah : lebih cepat berbuah, tidak membutuhkan tiang panjat, mudah memanennya dan jarak tanamnya bisa lebih rapat. Kekurangannya antara lain : relatif lebih rentan terhadap penyakit busuk pangkal batang dan produksi buahnya masih di bawah lada panjat.  Harga bibitnya juga sedikit lebih mahal.

Lada perdu akan bagus jika ditanam di dalam pot yang besar. Menanam dua atau tiga batang saja di halaman rumah sudah dapat memenuhi kebutuhan keluarga akan bumbu yang rasanya super pedas ini. Kebutuhan dapur akan merica ini memang tidak banyak, berbeda dengan kebutuhan akan cabai yang  pemakaiannya memang lebih banyak.  

Selain di dalam pot, lada perdu juga baik jika dijadikan tanaman sela atau tanaman tumpangsari di antara tanaman tahunan yang berpohon tinggi namun berdaun tidak terlalu lebat.

Jika ditanam bersamaan, maka lada perdu bisa ditanam secara tumpang sari dengan kelapa, sengon, durian, duku, pala, jambu-jambuan, mangga, aren, sawit, karet dan hampir semua tanaman lainnya. Lada perdu yang mulai berproduksi pada umur sekitar 1,5 tahun itu akan memberikan tambahan penghasilan yang lumayan buat petani pengembangnya.

Jarak tanam lada perdu yang paling baik adalah 1,5m x 2m. Sebagian petani menanam dengan jarak lebih rapat, yakni 1m x 2 m.

 Lada perdu tentu dapat juga diusahakan secara monokultur. Budidaya lada perdu secara monokultur termasuk kepada pertanian intensif. Perhatian yang cukup dan perawatan yang baik sangat dibutuhkan. 

***
Kami menjual bibit lada perdu. Yang tiga daun, umur 3 bulan  harga Rp.8.000/batang. 


Yang empat daun atau lebih, umur 4 bulan, harga rp.10.000/batang. Semua bibit sudah siap tanam. 


Lokasi di Dusun 3 Desa Petatal, Lima Puluh, Batu Bara, Sumut. HP.0813 7000 8997. 
Pembeli sebaiknya datang langsung. Jika  minta dikirim, juga bisa. Biaya peti dan ongkir ditanggung pembeli. Pembayaran di depan via transfer. Kami hanya bisa mengirim ke daratan Sumatera dan daratan Jawa.


Selasa, 10 Januari 2017

Daftar Harga Bibit Tanaman UKM Tani Muda


Revolusi Pertanian : Bertanam Lada di Kebun Sawit

Awalnya, banyak petani menanam singkong jenis singkong malaysia pada lahan kebun sawit mereka yang sudah menua atau pun yang sebagian tegakan pohon sawitnya sudah tumbang akibat digerogoti jamur ganoderma boninense penyebab penyakit busuk pangkal batang (basal stem rod).  Singkong malaysia memang dikenal sebagai varian singkong yang cukup toleran terhadap teduhan. Tetapi ketika harga singkong segar dan harga tapioka terjun bebas akibat derasnya arus barang impor sejenis, maka beberapa petani mengakalinya dengan menganti tanaman sela dari singkong malaysia menjadi tanaman lada.
Sebagian besar kita mungkin akan bertanya : bisakah kebun sawit yang sudah berproduksi ditanami dengan tanaman lada? Bisakah pohon sawit dijadikan tajar hidup bagi tanaman lada?
Jawabannya, bisa. Tetapi tentu saja ada beberapa syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu.
Ada pun syarat-syarat itu adalah sebagai berikut :
1.Jarak tanam sawit adalah 9x9 meter. Minimal 8x9 meter.
2.Jenis tanah kebun adalah tanah darat kering/tanah mineral, bukan gambut apalagi rawa. Tanaman lada tidak toleran pada cekaman air dan ph tanah yang terlalu asam. 
3.Tinggi batang bersih sawit sebaiknya sudah ada 6 meter. Biasanya hal ini tercapai pada usia tanam 15 tahun.
4.Sebagian tegakan pohon sawit sudah tumbang akibat serangan busuk pangkal batang atau sebab lainnya.
Bertanam lada di kebun sawit sekarang bukanlah lagi sekedar wacana, tetapi telah dibuktikan keberhasilannya oleh petani di Bangka dan petani di Batanghari, Jambi. Beritanya dapat dibaca di
Sebuah NGO, Setara Jambi, juga sudah merilis foto-foto keberhasilan para petani tumpangsari sawit-lada di kabupaten Batanghari, Jambi. 

Di Bangka, satu tegakan pohon sawit ditumpangsarikan dengan dua bibit lada. Di Batanghari, petani setempat menanam empat bibit lada pada setiap satu batang tegakan kelapa sawit mereka. Menurut tutur para petani pembaharu ini, tanaman lada tumpangsari  pada kebun sawit akan menghasilkan buah lada yang lebih sedikit dari pada yang ditanam di lapangan terbuka, tetapi didapati bahwa serangan jamur penyebab busuk pangkal batang dan penyakit kuning pada lada tanaman mereka sangat jauh berkurang. Patut dicatat bahwa, jamur penyebab penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada bukanlah ganoderma boninense, tetapi adalah fusarium oxisporum dan fusarium  solani.
Petani di Batanghari, Jambi, dapat menghasilkan satu kilogram biji lada putih kering dari satu rumpun tanaman lada mereka. Saat itu umur tanaman lada mereka adalah empat tahun. Sedangkan di Kabupaten Kampar, Riau, petani lada tumpangsari dengan sawit dapat meraih produksi dua kilogram biji lada putih kering dari setiap rumpun tanaman lada mereka, hanya saja umur tanaman lada itu sudah mencapai tujuh tahun. 

Adapun cara menanam lada di kebun kelapa sawit itu adalah sebagai berikut.
Mula-mula petani membuat atau membeli bibit lada panjat atau lada sulur. Bibit lada umur 4 bulan itu lalu dipelihara lagi di dalam polibag ukuran 20x25 cm, diberi tiang tajar sementara  sampai tingginya satu meter. Biasanya hal ini tercapai dalam masa 4 bulan. Artinya, bibit yang ditanam ke lapangan adalah bibit lada yang berumur 8 bulan. Petani lalu membuat lubang tanam ukuran 30x30x30 cm sebanyak 2, 3 sampai 4 buah di sekeliling tegakan kelapa sawit. Jarak antar batang sawit dengan titik tanam lada adalah 70 cm. Parit kecil dibuat antara lubang tanam dengan pangkal batang sawit. Ke dalam lubang tanam dimasukkan media tanam berupa 2 kg sekam padi, 4 kg pukan fermentasi, 1 kg dolomit dan 100 gram pupuk NPK Phonska. Metan lalu diaduk dengan tanah galian secukupnya saja, dimasukkan ke dalam lubang tanam lalu dibiarkan seminggu sampai sepuluh hari. Bibit lada lalu ditanam dengan posisi miring ke arah batang sawit. Sulur lada dimasukkan ke dalam parit kecil lalu juga ditimbun. Ini untuk mencegah sulur lada rusak saat panen TBS atau saat penunasan pelepah sawit. Sisa sulur lada yang sepanjang 30 cm akan berada tepat bersisian dengan pangkal batang sawit. Sulur ini akan memanjat batang sawit dan dijadikan inangnya. Perinangan ini dalam dunia biologi dikenal dengan istilah simbiosis komensalisme, dimana salah satu tanaman diuntungkan tetapi tanaman yang lain tidak dirugikan.
Jika bibit lada dulunya dibesarkan di tempat teduh, maka sulur lada yang terlihat harus diberi peneduh, biasanya berupa pelepah daun sawit yang ditancapkan ke tanah. Tetapi jika bibit lada dulunya dibesarkan di tempat yang terbuka, maka peneduh tidak dibutuhkan. Selanjutnya perawatan tanaman lada tumpangsari ini sama saja seperti perawatan tanaman lada lainnya.
Pada titik dimana tegakan kelapa sawit sudah tumbang, maka petani menggantikannya dengan tajar hidup berupa tongkat setinggi 150 cm . Jenis kayu biasanya adalah lamtoro, dadap, gamal atau sengon. Tongkat kayu segar yang ditancapkan tadi akan tumbuh lebih cepat dari pada tanaman lada, karena lada memang termasuk tanaman yang pertumbuhannya sedikit lambat. Tongkat kayu lalu dipangkas saat mencapai ketinggian 3 sampai 4 meter.  Pemangkasan selanjutnya adalah setiap 6 bulan, dengan mempertahankan ketinggian tajar hidup.
Pertanyaan lain yang  sering diajukan para peminat pertanaman lada tumpangsari dengan sawit ini adalah :  apakah tanaman lada tidak rusak ketika panen TBS? Jawabnya adalah : mungkin saja akan rusak, tetapi kerusakan tidak akan terlalu berarti. TBS yang dipanen, ketika jatuh, jarang sekali ia jatuh dengan menggelinding di sepanjang batang kelapa sawit. Biasanya TBS akan terjun bebas berjarak 50 cm sd. 100 cm dari batangnya. Jarak ini sudah cukup aman buat menghindarkan kerusakan pada tanaman lada.
Pertanyaan selanjutnya : apakah tanaman lada ini bisa berbuah sementara di bawah pohon sawit itu suasananya cukup teduh? Jawabannya adalah bisa berbuah, tetapi tidaklah sebanyak bila lada ditanam secara monokultur. Itulah sebabnya petani di Batanghari tadi mengakalinya dengan menanam 4 batang bibit lada untuk setiap batang sawit inangnya. Pemupukan unsur N dikurangi sementara unsur P diperbanyak. Phosphat memang dikenal sebagai pupuk pembuahan. Tanaman yang cukup mendapat phosphat juga diketahui akan lebih tahan terhadap serangan jamur patogen.
Apapun argumen teoritis yang membantah, tetapi faktanya sudah ada petani yang berhasil membudidayakan lada pada kebun kelapa sawit. Mereka menikmati tambahan penghasilan sebesar 123 kg biji lada putih kering x rp.130.000 = Rp.16.000.000 (dibulatkan) pertahun perhektarnya. Itu sama dengan jumlah uang sebanyak 60% dari penghasilan panen TBS.
Jika banyak petani sawit yang mau menanam lada sebagai tumpangsari pada kebun sawitnya, maka tak pelak lagi, revolusi pertanian di Indonesia akan terjadi secara besar-besaran. Penghasilan petani akan kian terdongkrak, daya belinya meningkat, lalu kesejahteraan hidup para petani tak lagi sulit untuk diraih.
Salam sejahtera petani Indonesia!

Rabu, 04 Januari 2017

Pilih Bertanam Lada Perdu atau Lada Panjat? (Edisi Lengkap)




Berdasarkan varietasnya, ada beberapa varietas tanaman lada yang umum diusahakan di Indonesia. Misalnya lada lokal bangka,petaling I, petaling II,malonan I, lampung daun kecil, lampung daun lebar, chunuk, natar I, natar II, bengkayang, ciinten, lanjak, dan lainnya. Berdasarkan sharing para petani lada di berbagai grup di media sosial, bisa ditarik kesimpulan bahwa macam varietas lada yang ditanam tidaklah terlalu penting, karena rerata produksi dan tehnik perawatannya adalah nyaris sama saja.  Yang lebih penting adalah bagaimana merawat tanaman lada itu dengan sebaik-baiknya, karena pertanaman lada termasuk kepada pertanian intensif. Tanaman lada tidak bisa dibiarkan begitu saja setelah ditanam. Perawatan berkala, termasuk pemupukan, adalah hal yang bersifat wajib adanya. Janganlah jika sudah dikatakan bahwa lada varietas Y tahan terhadap penyakit X, lalu tidak dilakukan antisipasi terhadap pencegahan penyakit X itu. Di lapangan, sering kali teori tak seindah kenyataan.
Berdasarkan produknya, biji lada ada dua jenis, yakni lada hitam (black pepper) dan lada putih (white pepper). Lada putih dan lada hitam tadi asalnya adalah dari pohon yang sama, hanya saja, cara pengolahan buah hasil panenan yang kemudian membedakannya. Ada pun lada putih dibuat dengan cara sebagai berikut :
Buah yang dipanen adalah buah yang sudah matang dan cukup tua. Ini ditandai dengan sudah kuning atau merahnya sepertiga bulir lada yang ada dalam satu tandan/tangkai buah. Umumnya buah lada untuk membuat lada putih ini sudah berumur tujuh bulan sampai delapan bulan dihitung sejak pertama kali keluar bunganya. Buah lada dimasukkan ke dalam karung goni, lalu direndam dalam air bersih selama 4-6 hari, tergantung kekerasan kulit buah lada. Setelah kulit buah lada melunak, maka lada lalu dibagi dua dalam karung goni. Karung diinjak-injak dan dibalik-balik agar kulit buah lada terlepas dari bijinya. Sebagian petani sudah menggunakan mesin pengupas untuk hal ini. Proses selanjutnya adalah menjemur biji lada yang sudah terkelupas dari kulitnya tadi. Penjemuran biasanya berlangsung selama dua sampai tiga hari, tergantung panasnya terik matahari.  Lada lalu ditampi untuk memisahkan kulit dan tangkai dari bijinya. Sebagian petani sudah mengunakan mesin pengipas untuk hal ini. Biji lada kemudian disimpan di tempat yang sejuk serta kering untuk dijual jika harga sudah membaik. Puncak harga lada di Indonesia biasanya ada pada bulan puasa sampai menjelang hari raya Idul Fitri. Selisih harganya bisa terpaut sangat jauh, karena itu biasanya petani menyimpan dulu lada putihnya sebelum dijual, bila panen tidak bertepatan dengan saat membaiknya harga.  Penyimpanan bisa dilakukan sampai dengan tiga tahun, dengan penjemuran ulang setiap enam bulan. Penyusutan selama penyimpanan nyaris tidak ada, karena biji lada kering bersifat higroskopis alias suka menyerap uap air yang ada di udara. Beberapa teman petani lada mengatakan bahwa bobot lada putihnya malah bertambah setelah disimpan sekian lama. 


Ada pun cara membuat lada hitam adalah sebagai berikut :
Buah lada dipanen selagi masih belum tua, antara umur lima sampai enam bulan. Cirinya adalah bulir buah sudah bernas berisi, biji sudah mulai mengeras tapi belum ada yang menguning atau memerah. Buah hasil panenan langsung dijemur sambil dibuang tangkainya. Bila sudah kering, lada hitam langsung dijual atau disimpan dulu menunggu harga membaik. Harga lada hitam lebih murah dibanding harga lada putih.


Menurut hasil ujicoba para petani lada yang di-sharing di internet, secara ekonomi, membuat lada putih umumnya sedikit lebih menguntungkan dari pada membuat lada hitam. Perhitungan ini dibuat setelah menghitung semua biaya dan selisih waktu yang ada dalam kedua proses. Hanya saja, beberapa jenis lada yang kulit buahnya lebih tebal, dianjurkan untuk dijadikan lada hitam saja. Sedangkan lada yang kulit buahnya tipis dan bijinya besar-besar, maka akan lebih baik jika dijadikan lada putih.  

Ada pun lada perdu dan lada panjat, kami uraikan perbedaannya sebagai berikut :
Lada panjat adalah jenis lada yang pertanamanya paling umum diusahakan di Indonesia dan di dunia. Bibitnya berasal dari stek (potongan batang) sulur panjat, dengan ciri setiap buku ruasnya memiliki akar lekat atau calon akar lekat.

  Kelebihan dan kekurangan tanaman lada panjat ini adalah sebagai berikut :
A.Kelebihan.
1.Membuat bibitnya lebih mudah, karena itu harga bibitnya lebih murah.
2.Lebih jarang terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang, karena pangkal batang dan perakaranya tidak ternaungi langsung oleh rimbun dedaunannya.
3.Perawatannya, termasuk pemupukan dan penyiangan gulma lebih mudah.
4.Produksi buahnya lebih tinggi. Potensi hasil pertanaman satu hektar lada panjat umur lebih dari tiga tahun secara rerata adalah 3,5 ton lada putih kering pertahun.
5.Umur tanaman relatif lebih panjang.
6.Relatif lebih tahan cekaman air.

B.Kekurangan.
1.Panen perdananya lebih lama, umumnya pada usia dua setengah tahun sampai tiga tahun setelah tanam.
2.Harus mengunakan tiang panjatan. Tiang umumnya berupa cor beton, kayu mati; atau yang paling baik adalah kayu hidup. Kayu hidup yang dilekat oleh lada membantu tanaman lada mendapatkan tambahan asupan air dan unsur hara, terutama pada musim kemarau. Itulah sebabnya tanaman lada bertiang panjat (tajar) kayu hidup terlihat lebih segar di musim kemarau dibanding tanaman lada yang bertajar cor beton atau kayu mati. Jenis kayu hidup yang paling sering dipakai antara lain lamtoro (petai cina), gamal, dadap, kayu air, atau sengon. Jarak antara titik tanam lada dengan titik tanam tajar hidupnya adalah 30 cm. Tajar ada di sebelah Barat titik tanam lada. Kelemahan tajar hidup adalah ia harus dipangkas setiap enam bulan, lalu hasil pangkasannya dijadikan mulsa atau penutup tanah. Mulsa hijau ini pada akhirnya akan menjadi kompos penyubur tanah juga.
3. Memanennya harus menggunakan tangga, karena tinggi tajar umumnya adalah tiga meter di atas permukaan tanah. Jika tinggi tajar tiga meter, maka jarak tanam ideal adalah 2x3 meter. Jarak yang 3 meter itu membujur arah Timur-Barat. Jika tinggi tajar adalah 4 meter, maka jarak tanam ideal adalah 3x3 meter.

Ada pun lada perdu, maka kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut :
A.Kelebihan.
1.Panen perdananya lebih cepat, umumnya umur setahun sampai setahun setengah setelah tanam.
2.Tidak membutuhkan tiang panjatan. Lada perdu bentuk tajuknya berupa paduan bentuk pohon cabai dengan ubi jalar.
3.Memanennya lebih mudah, tidak membutuhkan tangga.

B.Kekurangan.
1.Membuat bibitya lebih sulit dan butuh waktu lebih lama, karena itu harga bibitnya sedikit lebih mahal. Bibit lada perdu dibuat dari potongan batang (stek) cabang produksi atau cabang buah, yang cirinya adalah buku ruasnya tidak memiliki akar lekat. 

2.Lebih rentan terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang, karena tanah perakaran dan pangkal batang selalu tertutupi  oleh kerimbunan dedaunannya.
3.Pemupukan dan penanggulangan gulma lebih sulit, karena cabang, ranting dan dedaunan lada perdu terhampar di tanah. Sebagian petani membuatkan penyangga berupa susunan batu bata atau galang-galang dari kayu atau bambu agar cabang, ranting dan dedaunan lada perdu ini tidak langsung menyentuh tanah. Cabang, ranting dan dedaunan lada perdu yang dilekati tanah juga akan lebih rentan terkena penyakit jamur atau membusuk.  
4.Produksi buah lebih rendah, potensi produksinya hanya setengah dari potensi produksi lada panjat.
5.Umur relatif lebih pendek.
6.Relatif kurang tahan cekaman air.

Nah, dari paparan di atas, silahkan para peminat pertanaman lada mempertimbangkan jenis lada yang akan dikembangkan. Janganlah terburu-buru mengambil keputusan, apalagi hanya berdasarkan iklan para penjual bibit lada yang menggembar-gemborkan kelebihan tanaman lada perdu tetapi tak pernah mau menuliskan apa saja kekurangannya.  Sama seperti kasus tanaman durian musang king, jarang sekali ada yang mau memberitahukan para peminat bahwa durian jenis ini rentan terhadap penyakit busuk batang akibat jamur.  


Baik lada perdu mau pun lada panjat, umumnya panen buahnya adalah setahun sekali. Masa panen terbagi kepada tiga termin, panen awal yakni memanen buah yang cacat akibat dilubangi lalat buah, yang karenanya menjadi duluan kuning atau memerah. Panen ini biasanya hanya sedikit. Lalu panen raya, dimana sebagian besar buah sudah menua dan sepertiga buah pertangkainya sudah menguning atau memerah; tergantung varietas lada yang ditanam. Terakhir adalah panen geranting, atau panen sisa, yakni panen buah yang terlambat membesar dan menua. Panen ini umumnya juga hanya sedikit. Jarak rerata antar panen adalah lima belas hari.  

Hama dan penyakit.
Hama tanaman lada umumnya adalah penggerek akar, penggerek batang dan lalat buah yang melubangi butir buah lada untuk meletakkan telur didalamnya. Kesemuanya dapat dikendalikan dengan aplikasi insektisida, baik yang kimia, organik maupun mengunakan insektisida hayati. Di Indonesia, hama atas pada tanaman lada bukanlah faktor utama penyebab menurunnya produksi lada. Hama yang menjadi musuh besar petani lada adalah hama bawah, berupa cacing halus (nematoda, umunya jenis radopholus similis dan meloydogine incognita) yang memakan akar tanaman lada. Akar yang terluka ini menjadi sangat rentan terkena serangan jamur akar (biasanya jenis fusarium solani dan fusarium oxysporum). Jika akar sudah demikian, maka tanaman lada menjadi kekurangan asupan hara atau nutrisi. Batang tubuh lada akan menguning, layu lalu mati perlahan. Inilah sebabnya maka petani menyebut hal ini sebagai penyakit kuning. Cara mengatasi penyakit kuning ini adalah dengan aplikasi insektisida khusus cacing, yakni nematisida. Nematisida kimia pabrikan yang paling populer adalah yang berbahan aktif karbofuran. Di pasaran antara lain bermerk Curater, Marshal 5G atau Furadan 5G. Cara dan dosis aplikasi bisa dilihat di masing-masing kemasan. Untuk nematisida organik, dapat menggunakan ekstrak daum mimba dan daun jarak.Tumbuk (blender) 1 kg daun mimba dan 1 kg daun jarak. Tambahkan 3 ons daun kecubung jika ada.Aduk rata dengan 5 liter air. Peras. Untuk 10 tanki semprot kapasitas 14 liter. Disemprotkan merata  ke tanah perakaran lada.  Sebagai catatan, mencegah penyakit kuning adalah jauh lebih baik dari pada mengobati. Karena itulah, petani yang pandai biasanya melakukan aksi cegah dini.  

Penyakit pada tanaman lada umumnya disebabkan oleh jamur patogen (jamur merugikan). Ada pun jenis penyakit yang paling sering menyerang tanaman lada di Indonesia adalah penyakit busuk pangkal batang (basal stem rot), yang disebabkan oleh jamur phytoptora capsici. Penyakit ini umumnya menyerang pada musim hujan, dimana lahan lembab dan basah. Karena itulah pembuatan parit penyalur air sangat dianjurkan pada kebun lada. Ciri penyakit basal stem rot adalah pada pangkal batang terlihat gelang menghitam dan kadang berlendir kebiruan. Tepi daun juga ikut menghitam dan layu.
Tanaman yang sudah terkena penyakit busuk pangkal batang ini sebaiknya dimusnahkan dengan cara dicabut dan dibakar. Sedangkan pada tanaman yang belum kena harus segera  diaplikasikan teknik penanggulangannya. Dengan cara kimiawi tentu saja lakukan penyemprotan dengan fungisida sistemik dan fungisida kontak. Lakukan penyemprotan berseling antara keduanya dalam tenggat masa tiga hari sekali. Jangan lupa tambahkan perekat dan perata yang banyak dijual di toko pertanian. Jika tidak ada, maka gunakan satu butir putih telur ayam atau bebek. Atau gunakan 50 cc lendir daun lidah buaya, untuk satu tangki semprot kapasitas 14 liter. Sebaiknya juga kocorkan bubur bordo di perakaran tanaman lada. Cara membuat sendiri bubur bordo : 100 gram terusi (tawas biru, banyak dipakai untuk membersihkan dan membirukan air kolam renang), 100 gram kapur tohor atau kapur sirih dan 100 gram belerang dihaluskan. Tambahkan 5 liter air, didihkan sambil diaduk. Setelah dingin, 500 cc airnya dicampur dengan 14 liter air biasa, lalu disemprokan di perakaran tanaman lada. Endapan yang ada juga ditaburkan ke perakaran. Bubur bordo sendiri termasuk fungisida kontak.

Penanggulangan dengan cara hayati  misalnya dengan menanam penutup tanah arachis pintoi dan penyiangan terbatas pada piringan tanaman lada. Tanaman arachis pintoi dapat mengurangi penyebaran propagul (spora) jamur phytoptora capsici. Selain itu, bunga arachis pintoi juga merupakan sumber nutrisi bagi musuh alami hama penggerek batang lada.

Pencegahan penyakit akibat jamur patogen ini dapat dilakukan dengan menaburkan biang jamur musuh alami phytoptora capsici, yakni jamur trichoderma harzianum dan jamur gliocladium virens. Kedua agen hayati pencegah penyakit busuk pangkal batang ini sudah mulai populer digunakan oleh para petani kita, dan hasilnya cukup baik. Di pasaran antara lain bermerk Natural Glio. Bagusnya, biang jamur anti phytoptora c ini dapat diperbanyak sendiri secara mudah sebelum diaplikasikan ke lapangan. Cara perbanyakan tertera di kemasan.

Membudidayakan tanaman lada saat ini memang cukup menjanjikan, mengingat harga lada putih dan lada hitam yang menggiurkan. Harga lada juga tercatat terus merangkak naik dari tahun ke tahun.  Saat ini lada putih ada di kisaran harga Rp.130.000-150.000/kg, puncaknya adalah bulan puasa lalu yang menyentuh harga Rp.200.000/kg. Harga lada hitam sendiri sekitar 65% sampai 70% dari harga lada putih.  Jika bisa panen 1,5 ton saja perhektar pertahun, dan harga minimal dibuat rp.100.000 saja perkilogram, maka akan ada uang setidaknya 150 juta rupiah di kocek penanamnya dalam setiap tahun.  Bandingkan dengan hasil bertanam kelapa sawit yang hasil bruttonya hanya sekitar 30 juta rupiah perhektar pertahun.

Salam sejahtera petani Indonesia!